Sepuluh Hal Menarik Tentang Alberto Gilardino

Setelah pertandingan versus Palermo, striker Fiorentina Alberto Gilardino (foto) menjadi yang teratas di jajaran topskor Serie A Italia. Palermo bisa saja menganggap gol terakhirnya tidak sah, tapi nyatanya wasit tidak menganulir gol tersebut. Artinya, Gila masih bisa berbangga sebagai striker paling tajam di Italia, walau sebenarnya ia sendiri tak butuh bantuan dari wasit untuk meraih gelar itu. Apalah artinya sebuah "gol tangan Tuhan" itu dibanding gol-gol yang sebelumnya telah tercipta dari kakinya. Simak sepuluh hal menarik tentang perjalanan karirnya berikut ini:

10. Gilardino terlahir pada 5 Juli 1982, hampir bersamaan dengan ketika Italia menjuarai Piala Dunia 1982, yang berlangsung pada 13 Juni-11 Juli. Kebetulan? Atau inikah takdir? Yang jelas, 24 tahun kemudian, Gila menggempur "tembok Berlin" Jerman bersama Italia untuk meraih gelar juara dunia mereka yang keempat.

9. Tentu saja prestasi Gilardino tidak begitu saja terjadi. bahkan bisa dibilang, ia banyak mengalami masa sulit. Karirnya di Serie A dimulai pada 1999-2000, di bawah naungan Piacenza. Yang lebih penting untuk digarisbawahi, pertandingan pertamanya adalah melawan AC Milan, yang kelak akan menjadi timnya. Gilardino muda tampil dalam 17 partai, dengan hanya tiga gol - bukan hasil yang spektakuler bagi seorang pemain depan.

8. Karena itulah, ia dilego ke Verona pada 2001. Dan nasibnya berubah. Dalam waktu dua tahun, ia menunjukkan bakat yang luar biasa. Pelatih Parma saat itu, Cesar Prandelli menjadi tergiur melihatnya, dan secara formal mengajukan penawaran pada klubnya. Sayang, lagi-lagi musim debutnya di Parma hanya berbuah lima gol dalam 24 pertandingan. Entah kenapa, pelatih Prandelli tetap mempercayainya. Pada 2003, setelah Adriano hengkang ke Inter, ia mendapat kesempatan untuk membuktikan diri sebagai ujung tombak pertama Parma. Kepercayaan dan kesabaran Prandelli berbuah 23 gol, dan ia menjadi runner up topskor di Serie A musim itu.

7. Tak ayal media pun ramai-ramai merekomendasikan namanya kepada pelatih Italia saat itu, Giovani Trapattoni. Tapi sang pelatih mengacuhkannya. Dan Italia tumbang di awal babak grup Euro 2004. Sementara itu, Gilardino memimpin lini depan tim U-21 Italia pada ajang yang sama, dan timnya menjadi juara. Dianggap sukses, ia lalu dipanggil ke tim Olimpiade Italia, dan namanya makin dikenal.

6. Media massa sibuk memberitakan spekulasi tentang masa depannya. Ia dihubungkan dengan klub-klub besar seperti Juventus, Milan, Inter, dan bahkan Real Madrid. Semua fans sepakbola tak sabar menanti keputusannya, namum ia justru memilih bertahan di Parma dengan 23 gol, dan menyelamatkan klubnya dari degradasi. Di tahun yang sama, ia juga meraih penghargan sebagai Pemain Terbaik Italia dan Serie A.

5. Ia akhirnya hengkang ke Milan pada 17 Juli 2005 dengan nilai transfer sebesar €24 juta. Para fans Milan girang, berharap mereka akan memiliki trisula paling tajam di Eropa bersama Shevchenko dan Kaka. Nyatanya mereka harus kecewa. Pada musim pertamanya, ia memang menghasilkan 17 gol dalam 34 laga Serie A. Tapi di Eropa, ia mandul hingga 12 pertandingan.

4. Untung pelatih Italia Marcello Lippi masih percaya padanya. Iapun melawat ke Piala Dunia Jerman. Berkat umpannya, Del Piero berhasil mencetak gol kemenangan melawan tuan rumah Jerman di semi-final. Italia lalu melaju ke final dan mengatasi Prancis dalam adu penalti.

3. Kembali ke Milan pada musim 2006/07, tekanan di pundak Gilardino memberat. Timnya sangat haus kemenangan, terutama setelah skandal calciopoli terkuak. Ia diharapkan mampu menggantikan Sheva yang hengkang, namun gagal. Naluri mencetak golnya tiba-tiba lenyap. Akibatnya, ia didepak dari line-up, justru saat timnya menjuarai Liga Champions. Para fans yang dulu memujanya berbalik mengecamnya. Habislah kesabaran Milan. Mereka lalu mencoba menjualnya, tapi tak satu klub pun mengajukan tawaran. Gilardino makin terpuruk pada 2007/08, bahkan pelatih timnas Roberto Donadoni mengacuhkannya pada Euro 2008 lalu.

2. Siapa yang menyangka, lagi-lagi Cesar Prandelli menjadi juru selamat. Kini melatih Fiorentina, Prandelli memboyong Gilardino dari Milan Mei lalu dengan harga €15 juta. Sebagai rasa terima kasih, ia pun rela gajinya dipotong 33 persen di klub barunya. Sebelum pergi, ia sempat mengirimkan ucapan terima kasih kepada setiap orang di Milan, dan juga meminta maaf kepada para fans atas kegagalannya.

1. Entah apa yang dilakukan oleh Prandelli, kini Gilardino telah menemukan kembali instingnya sebagai pencetak gol, seperti tiga tahun lalu. Dengan tujuh gol di Serie A, praktis tak ada lagi yang akan memandang rendah padanya.

Pertanyaannya, berapa lama ia akan sanggup bertahan di atas?

Tidak ada komentar untuk "Sepuluh Hal Menarik Tentang Alberto Gilardino"