Sepuluh Hal Menarik Tentang Gianfranco Zola

Zola dilahirkan di Oliena, Sardinia, pada 5 Juli 1966. Dalam karir keemasannya, satu dasawarsa pertama ia habiskan di Italia, terutama bersama dengan Napoli dan Parma, sebelum kemudian menancapkan kakinya di Inggris bersama Chelsea.
Pemain bertubuh mungil, dengan tinggi 1,66 meter itu, tercatat mencetak 193 gol dalam 627 penampilan bersama enam klub. Di tim nasional, nasib Zola kurang beruntung. Ia hanya tampil dalam 35 pertandingan tim Azzuri, dan mencetak sepuluh gol.

Fans Chelsea begitu memuja Zola. Dalam hanya tujuh musim di Stamford Bridge, Zola sanggup memukau suporter the Blues dan membuat mereka menobatkan Zola sebagai pemain terbaik Chelsea sepanjang masa.
Prestasi Zola di kursi pelatih kurang begitu mengkilap, karena Zola baru hanya menangani tim U-21 Italia sebagai asisten pelatih sebelum mengambil posisi manajer the Hammers.

Selain itu, masih ada sepuluh hal menarik yang patut disimak dari catatan karir Zola, berikut ulasannya.

10. Zola mengawali karirnya di tim lokal Nuorese dari Sardinia saat ia berusia 18 tahun. Pada tahun 1987, ia pindah ke Torres, dimana ia mencetak 21 gol dalam 88 pertandingan. Kedua tim itu hanya sanggup berkiprah di Serie C Italia. Napoli pun tampak tertarik dengan bakat Zola, dan pada tahun 1989, Zola baru mengecap kancah sepakbola elit Italia untuk menjadi calon penerus dari Diego Maradona, yang ketika itu menjadi 'dewa' di Naples.

9. Maradona berpengaruh besar dalam karir Zola selanjutnya, bahkan hingga Zola mendapat julukan 'Marazola'. Selama keduanya di Napoli, Zola belajar banyak dari legenda Argentina itu, dan berperan penting dalam meraih gelar Serie A Italia bagi Napoli pada 1990. Mereka menghabiskan banyak waktu di lapangan untuk menyempurnakan tendangan bebas mereka setelah latihan rutin selesai. Zola pun mengakui, "Saya belajar semua dari Diego. Saya dulu memata-matai dia setiap kali ia berlatih dan belajar bagaimana melakukan tendangan bebas seperti yang ia lakukan."

8. Kerja keras Zola pun berbuah manis. Ia masuk timnas Italia di bawah asuhan Arrigo Sacchi pada 1991, dan tampil perdana mengenakan kostum Azzurri saat menghadapi Norwegia pada November 1991. Setelah itu, karir Zola di timnas cukup mengecewakan. Ia tercatat hanya tampil sekali di Piala Dunia 1994, pada babak kedua melawan Nigeria, itu pun ia langsung diganjar kartu merah dan harus absen di dua pertandingan berikutnya. Di Euro 1996, penderitaan Zola bertambah saat ia gagal mengeksekusi penalti ke gawang Jerman, dan Italia pun secara mengejutkan tersingkir di babak pertama. Zola memutuskan pensiun dari timnas saat tak lagi dipanggil untuk Piala Dunia 1998, dan memainkan partai terakhirnya saat menghadapi Inggris di Roma pada Oktober 1997.

7. Pada 1993, Zola meninggalkan Napoli untuk bergabung bersama Parma. Ia merebut gelar Piala UEFA dan harus puas di posisi runner-up di Serie A dan Piala Italia 1995. Di sinilah Zola mulai dikenal sebagai pemain kreatif. Ironisnya, pelatih Carlo Ancelotti tak senang dengan gaya permainan Zola, karena tak cocok dengan sistem yang ingin diterapkannya. Zola akhirnya dimainkan di luar posisi aslinya dan kemudian diperbolehkan pindah.

6. Ruud Gullit datang sebagai penyelamat Zola. Gullit memboyong Zola ke Chelsea pada November 1996 dengan transfer senilai £4,5 juta. Zola menunjukkan tajinya di Chelsea. Dalam musim pertamanya itu, ia langsung meraih gelar Pemain Terbaik versi Asosiasi Penulis Sepakbola (FWA), dan hingga kini tercatat sebagai satu-satunya pemain yang meraih gelar itu tanpa menghabiskan satu musim penuh dan juga sebagai pemain Chelsea pertama yang merebut gelar itu. Zola pun meninggalkan Stamford Bridge pada 2003 setelah meraih Piala FA, Piala Liga, Piala Winners, dan Piala Super Eropa dalam karirnya di London.

5. Cagliari, klub terbesar di kampung halamannya Sardinia, menjadi pelabuhan terakhir Zola. Ia membawa Cagliari promosi ke Serie A dalam musim pertamanya, dan kemudian memperpanjang kontrak selama satu tahun hingga akhirnya pensiun pada Juni 2005, dan kemudian memilih bekerja sebagai pengamat sepakbola Italia. Meskipun banyak isu mengabarkan Zola akan kembali dari masa pensiunnya untuk bergabung dengan klub dari Liga Australia, Zola tetap dengan pendiriannya untuk pensiun dari sepakbola profesional sebagai pemain dan hanya tampil dalam pertandingan amal dan sponsor.

4. Kecerdikan Zola di lapangan terlihat dalam beberapa gol indah yang pernah ia cetak. Kiper legendaris Denmark Peter Schmeichel pernah menjadi korban Zola pada Februari 1997, dan bahkan gol tersebut mendapat pujian dari Sir Alex Ferguson. Golnya ke gawang Wimbledon di semi-final Piala FA pada tahun yang sama juga tak kalah hebatnya. Chelsea pun akhirnya menang 4-2 meski sempat tertinggal 2-0. Gol Zola ke gawang Norwich juga tak kalah istimewa. Dalam laga Piala FA itu, Zola mencetak gol dengan tumit memanfaatkan umpan tendangan penjuru, yang disebut manajer Chelsea saat itu Claudio Ranieri sebagai 'mimpi, ajaib'. Berikut cuplikannya di bawah ini.
3. Setelah pensiun, Zola kembali ke lapangan hijau sebagai pelatih. Pelatih kepala tim U-21 Italia, yang juga mantan rekan Zola di Chelsea, Pierluigi Casiraghi meminta Zola untuk membantunya melatih bibit-bibit muda Italia ini sebagai asistennya. Italia pun akhirnya mampu lolos ke Olimpiade Beijing 2008, dan lolos ke semi-final sebelum dikalahkan Belgia 2-2. Selanjutnya, Zola setuju kembali ke Inggris, saat mengambil jabatan manajer West Ham United yang ditinggalkan Alan Curbishley meskipun Zola saat itu belum mendapat lisensi pelatih kelas A dari UEFA.

2. Cagliari memutuskan untuk mengabadikan nomor punggung 10 satu musim setelah ia pensiun sebagai penghormatan terhadap prestasi Zola dalam mengangkat sepakbola Sardinia, sebelum akhirnya digunakan Andrea Capone pada musim 2006/07. Selain itu, nomor punggung 25 milik Zola di Chelsea memang tidak secara resmi diabadikan, namun hingga sekarang, belum ada satu pun pemain yang menggunakan nomor itu sejak Zola pergi. Pada awal 2003, Zola dinobatkan oleh fans the Blues sebagai pemain terbaik sepanjang masa, dan juga meninggalkan Chelsea dengan gemilang saat meraih penghargaan pemain Chelsea terbaik musim 2002/03 karena mencetak 16 gol, rekor gol satu musim tertingginya untuk Chelsea, sekaligus membawa Chelsea lolos ke Liga Champions.

1. Pada November 2004, Zola diangkat menjadi anggota kehormatan Order of the British Empire (OBE). Zola tercatat sebagai satu-satunya pesepakbola Italia yang merebut gelar se-kaliber OBE. Bahkan, hanya Pele, Jesper Blomqvist, Arsene Wenger, dan Gerrard Houllier yang menjadi tokoh sepakbola non-Inggris Raya lain yang mendapat kehormatan Ratu Inggris untuk meraih gelar itu atau yang lebih tinggi kelasnya

Tidak ada komentar untuk "Sepuluh Hal Menarik Tentang Gianfranco Zola"