Olympique Lyonnais, Penguasa Negeri Prancis


Profil
Nama: Olympique Lyonnais
Julukan: Les Gones (The Kids), Lyon, OL
Berdiri: 1899/1950
Stadion: Stade Gerland (Kapasitas, 41.000 penonton)
Ketua klub: Jean-Michel Aulas
Manajer/pelatih: Claude Puel
Musim 2007/08: Juara Ligue 1 Prancis

Sejarah Singkat

Lyon merupakan kota kedua terbesar di Prancis, setelah Paris. Salah satu daya tarik di kota tersebut adalah klub sepakbola mereka Olympique Lyonnais. Pada awal berdirinya, Olympique Lyonnais atau untuk lebih singkatnya disebut OL, menamakan dirinya Lyon Olympique.

Mereka tadinya merupakan bagian dari beberapa klub olahraga yang ada di kota Lyon. Tapi karena terjadi pertentangan antara klub sepakbola dan rugby, klub sepakbola memisahkan diri dan membentuk klub sendiri dengan nama Lyon Olympique yang dibentuka pada 1899. Para suporter OL pun tetap mengklaim klub kesayangan mereka resmi didirikan pada tahun tersebut.

Mereka memenangkan kejuaraan Prancis pada 1908 dan 1909, yang waktu itu masih belum menjadi kompetisi profesional. Pada 1920, OL resmi menggunakan Stade de Gerland sebagai stadion mereka sampai saat ini.

Saat memasuki liga profesional pada 1942, mereka mengubah nama lagi menjadi Lyon Olympique Universitaire. Mereka berhasil menembus Ligue 1 pada musim 1945/46 yang waktu itu masih disebut Divisi 1. Sayangnya, mereka hanya bertahan semusim dan kembali ke Divisi 2 di musim berikutnya.

Saat itu, OL masih berstatus klub semi-profesional. Karena perkembangan sepakbola yang sudah pesat, mereka harus segera beralih menjadi klub profesional untuk mengejar prestasi yang lebih tinggi dan konsisten.

Para petinggi klub saat itu, Felix Louot, Jean Mazier dan Abert Triliat, sepakat untuk mengubah klub mereka sebagai klub profesional dan mengubah nama klub menjadi Olympique Lyonnais pada 1950. Karena itu, OL juga kerap diaku baru resmi berdiri pada 1950 sebagai klub profesional. Pada musim 1950/51, OL juga kembali promosi ke Divisi 1.

Lagi-lagi mereka hanya bertahan semusim dan kembali degradasi ke Divisi 2. Pada musim 1954/55, barulah OL kembali promosi ke Divisi 1. Pada dekade 1960-an dan 1970-an, OL sempat tiga kali menjuarai Piala Prancis (Coupe de France), pada 1964, 1967 dan 1973. Meski begitu, mereka belum kunjung berhasil menjuarai Divisi 1.

Di awal 1980-an, prestasi OL justru menurun dan kembali terdegradasi pada musim 1982/83. Saat prestai mereka sedang terpuruk, datanglah Jean-Michel Aulas yang menjadi presiden klub. Ia berambisi untuk menjadikan OL sebagai klub terkuat di Prancis dan mampu bersaing di Eropa dalam beberapa tahun ke depan.

Pelatih timnas Prancis Raymond Domenech, waktu itu didapuk sebagai pelatih pada 1988. Baru setahun melatih, Domenech yang juga lahir di Lyon, mampu membawa klubnya menjuarai Divisi 2 dan tentunya kembali mendapat promosi ke Divisi 1. Pada musim 1989/90, OL kembali berlaga di Divisi 1 dan belum pernah terdegradasi lagi sampai sekarang.

Guy Stephan yang menjadi pelatih sejak 1995, mampu membawa OL menempati peringkat ketiga pada musim 1999/00. Memasuki milleium baru, menandai awal kejayaan OL di liga domestik. Jacques Santini ditunjuk sebagai pelatih menggantikan Stephan pada musim 2000/01. Di musim pertamanya, Santini langsung memberikan gelar Piala Liga (League Cup) dan peringkat kedua di Ligue 1.

Dominasi di Ligue 1

Prestasi yang diukir pasukan Santini pada musim 2000/01, seakan menandakan awal dominasi OL di Prancis. Pada musim 2001/02, OL untuk pertama kalinya menjuarai Ligue 1. Pestasi tersebut terulang sampai musim 2007/08. Uniknya, mereka juga beberapa kali mengganti pelatih, yang biasanya mundur karena desakan suporter dan media.

Santini mundur pada 2002 setelah didesak mundur para suporter karena gagal total di Liga Champions. Ia pun mengundurkan diri dan digantikan oleh Paul Le Guen. Mantan pelatih Rennes itu awalnya diragukan dan diprediksi akan gagal oleh berbagai media Prancis. Le Guen membawa OL menjuarai Ligue 1 selama tiga musim berturut-turut.

Pada musim 2003/04, OL untuk pertama kalinya lolos dari penyisihan grup Liga Champions dan menghadapi Real Sociedad di babak 16 besar. OL berhasil menyingkirkan klub asal Spanyol dan lolos ke babak perempat-final. Kali ini, langkah mereka harus terhenti dari FC Porto, yang akhirnya menjadi juara di musim itu.

Di musim berikutnya, OL kembali masuk perempat-final, sebelum disingkirkan PSV Eindhoven melalui adu tendangan penalti. Le Guen secara mengejutkan mengundurkan diri pada akhir musim 2004/05. Para fans menyayangkan kepergian Le Guen yang mereka kira akan menerima tawaran perpanjangan kontrak dari pihak manajemen.

Suksesor Le Guen adalah pelatih berpengalaman Gerard Houllier. Mantan pelatih Liverpool ini kembali melanjutkan dominasi OL di Ligue 1. Houlier diwarisi pemain-pemain berbakat, seperti Juninho Pernambucano, Sylvain Wiltord, Sidney Govou, Florent Malouda dan Gregory Coupet. Tapi ia gagal menahan Michael Essien yang hijrah ke Chelsea.

Houllier mendapuk Juninho sebagai kapten tim. Sampai sekarang, pemain asal Brasil itu masih memegang amanat tersebut. Juninho merupakan salah satu pemain kebanggaan suporter OL yang dikenal dengan kemampuan tendangan bebasnya yang jitu dan berteknik tinggi. Sejak memperkuat OL pada 2001, gelandang berusia 33 tahun ini sudah mencetak 94 gol dalam 265 pertandingan di Ligue 1.

Setelah dua musim yang sukses, Houllier mengundurkan diri dan kemudian digantikan oleh Alain Perrin. Mantan manajer Portsmouth itu juga berhasil mempersembahkan tropi juara Ligue 1. Tapi ia hanya bertahan semusim dan digantikan Claude Puel mulai awal musim ini.

Marc-Vivien Foe

Pada musim 2002/03, OL menerima kabar duka. Salah satu pemain mereka, Marc-Vivien Foe yang sedang dipinjamkan ke Manchester City, meninggal dunia pada 26 Juni 2003. Pemain asal Kamerun itu diduga meninggal karena serangan jantung saat sedang berlaga di Piala Konfederasi 2003. Ia menghembuskan napas terakhir, tak lama setelah pingsan di tengah lapangan saat timnya sedang bertandinga melawan Kolombia di semifinal Piala Konfederasi.

Kebetulan pertandingan diadakan di Stade de Gerland dan para suporter terkejut melihat Foe tergeletak di tengah lapangan. Meski sempat diberi bantuan oksigen buatan, Foe meninggal di ruang medis di stadion tersebut. Untuk menghormati kontribusinya, saat membawa OL menjuarai Ligue 1 pada musim 2001/02, nomor kostum 17 yang pernah dikenakan Foe sempat dipensiunkan. Tapi pada 2008, nomor tersebut dipergunakan kembali oleh pemain Kamerun lainnya, Jean Makoun.

Musim 2008/09

Kalau Olympique de Marseille diakui sebagai salah satu klub terbesar Prancis karena masa lalunya yang gemilang, Lyon justru sebaliknya. Saat ini, mereka adalah klub terhebat dan paling disegani di negeri anggur tersebut.

Buktinya, Lyon menjadi kampiun Ligue 1 dalam tujuh musim terakhir, dan dominasi mereka masih mungkin berlanjut kembali pada musim ini. Sampai pekan ke-19, Les Gones masih memuncaki klasemen. Tapi mereka hanya berselisih tiga poin dari urutan kedua, Bordeaux. Rennes dan Paris St Germain juga membayangi dengan ketat di peringkat ketiga dan keempat.

Di Liga Champions, meski mampu lolos ke babak 16 besar, peluang maju ke perempat-final termasuk berat. Karim Benzema cs akan menghadapi FC Barcelona yang sedang dalam performa terbaik dan memimpin klasemen La Liga Spanyol. Meski begitu, peluang measih tetap ada dan tidak usah terkejut kalau OL kembali merebut gelar Ligue 1 di musim ini.

Skuad utama:
Hugo Llloris (kiper), Kim Kallstrom/Fabio Grosso, Jean-Alain Boumsong, Cris, John Mensah, Jeremy Toulalan, Juninho, Jean Il Makoun, Cesar Delgado, Fred, Karim Benzema.

Prestasi:
Tujuh kali juara Ligue 1: 2001/02, 2002/03, 2003/04, 2004/05, 2005/06, 2006/07, 2007/08

Tujuh kali juara Piala Super Prancis: 1973, 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007

Empat kali juara Piala Prancis: 1964, 1967, 1973, 2008

Satu kali juara Piala Liga: 2001

Satu kali juara Piala Intertoto: 1997