PROFILE: Werder Bremen, Klub Bentukan Siswa SMK

Suatu hari di awal 1899, tepatnya 4 Februari, 16 siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) berkumpul di sebuah tempat tak jauh dari sekolah mereka untuk merayakan sukses memenangkan turnamen sepakbola dan membawa pulang hadiah berupa perlengkapan olahraga. Mereka tidak sekadar berpesta, tapi membicarakan pembentukan sebuah klub yang diberi nama Fußballverein Werder. Kini, dunia mengenal klub bentukan siswa SMK itu dengan nama SV Werder Bremen.

Sejarah Singkat

Jarang sebuah klub kampung menggunakan kata regional Jerman, namun kelompok remaja SMK itu merasa perlu mempopulerkan tempat mereka kali pertama berlatih dan bermain sepakbola. Fußballverein berarti semenanjung sungai.

FV, demikian klub itu dikenal publiknya, menikmati sukses awal dengan memenangkan sejumlah turnamen lokal. Setelah sekian tahun, FV memberanikan diri ambil bagian dalam kualifikasi untuk kejuaraan nasional yang diselenggarakan oleh Norddeutscher Fussball Verband (NFV) -- salah satu dari tujuh legal regional terbesar setelah pergantian abad. FV gagal.

Namun FV membuatnya sejarahnya sendiri, dengan menjadi klub pertama yang menjual tiket kepada masyarakat yang ingin menyaksikan pertandingannya. Mereka memagari lapangan tempat bermain. Dari hasil penjualan tiket itulah FV membiayai dirinya.

April 1914 FV menjadi bagian Allgemeiner Bremer Turnverein 1860, dan dengan cepat dikenal sebagai Sportabteilung Werder des ABTV. Namun hubungan ini berjalan singkat. Setelah dua bulan, FV menempuh jalannya sendiri.

Setelah Perang Dunia I, klub mengadopsi olahraga lain, dan pada 19 Januari 1920 FV berganti nama menjadi Sportverein Werder Bremen. Sepakbola masih menjadi prioritas, dan dua tahun kemudian SV Werder Bremen menjadi klub pertama yang mendatangkan pelatih profesional.

Klub tampil reguler di akhir tahun untuk mengikuti putaran kualifikasi NFV sepanjang 1920-an dan awal 1930-an, tapi tidak pernah berhasil.

Di bawah rejim Republik Ketiga, sepakbola Jerman mengalami reorganisasi pada tahun 1933. Pemerintah Jerman saat itu memecah Divisi I menjadi 16, dan Werder Bremen bagian dalam Galuliga Niedersachsen.

Setahun kemudian Werder Bremen menikmati sukses pertamanya dengan meraih gelar liga. Lalu diikuti sukses berikutnya pada 1936 dan 1937. Kali pertama pula Werder Bremen ambil bagian dalam playoff kompetisi level nasional.

Gauligen berubah selama Perang Dunia II, dan tahun 1939 Gauliga Niedersachsen dipecah menjadi dua. Werder Bremen bermain di Gauliga Niedersachsen/Nord. Mereka sukses lagi, dengan meraih gelar keempat di tahun 1942.

Ketika perang mencapai Jerman, setelah Hitler dan pasukannya kalah di semua front pertempuran, Gauligen secara progresif menjadi lebih berkarakter lokal. The Gauliga Niedersachsen/Nord menjadi Gauliga Weser-Ems, lalu berubah lagi menjadi Gauliga Weser-Ems/Bremen dan bertahan selama dua tahun. Pada musim 1944-45, laga dihentikan setelah menjalani dua pertandingan.

Seperti semua organisasi di Jerman, Werder Bremen dibekukan atas perintah pasukan sekutu penakluk Jerman. Pada 10 November 1945 Werder Bremen dibentuk lagi dengan nama Turn- und Sportverein Werder 1945 Bremen. Beberapa bulan kemudian, tepatnya 4 Februari 1946, berganti nama menjadi Sport-Club Grün-Weiß 99 Bremen.

Kali ini klub bermain di Stadtliga Bremen. Setelah meraih satu gelar, mereka berpartisipasi di putaran turnamen Jerman utara, dan mencapai semifinal. Pada 25 Maret 1946, klub memperoleh kembali nama SV Werder.

Buruh Pabrik Tembakau

Dunia mengenal Bremen sebagai pasar tembakau dunia. Dari kota ini pula tembakau Deli yang terkenal merajai pasaran Eropa sampai saat ini.

Di tahun 40-an, pemain profesional belum diperbolehkan masuk ke Jerman, sehingga adalah biasa jika pemain sepakbola memiliki pekerjaan lain. Tak jarang para pemain juga pegawai perusahaan pemilik klub. Sejumlah pemain Werder juga bekerja di pabrik rokok Brinkmann. Akibatnya, Werder pernah dikenal dengan nama Texas 11 -- merk rokok yang dihasilkan perusahaan itu.

Sepanjang periode akhir perang sampai pembentukan Bundesliga di tahun 1963, Werder terus membangun diri menjadi salah satu klub terkemuka. Setelah direorganisasi, Werder menjadi satu dari dua klub papan atas Jerman utara. Lainnya adalah Hamburger SV.

Tahun 1961 mereka kali pertama memenangkan Piala Jerman. Werder Bremen dianggap layak bermain di Bundesliga. Asumsi itu tidak keliru. Pada musim kedua, Werder meraih gelar Bundesliga pertamanya. Musim 1967/1968 mereka menjadi runner up.

Sebagai upaya memajukan klub, Werder Bremen memboyong banyak pemain berbakat dengan harga tinggi. Rival-rivalnya di Budesliga mengejeknya dengan sebutan Millionaires, karena proyek itu ternyata gagal total. Kali pertama dalam sejarahnya, Werder Bremen merosot ke papan bawah dan terdegradasi ke Bundesliga-Nord pada musim 1980/1981.

Berkat Rehhagel

Werder benagkit dari keterpurukan di bawah arahan Otto Rehhagel. Pelatih yang menangani timnas Yunani itu memimpin Werder ke posisi runners-up Bundesliga 1983, 1985, dan 1986, juara 1998, tapi di Piala Jerman 1989 dan 1990 serta menang di tahun 1991. Diikuti dengan menjuarai Piala Winners 1992

Tahun 2993, Werder meraih gelar Bundesliga kali ketiga, di tahun berikutnya meraih telar Piala Jerman kali ketiga. Rehhagel meninggalkan Werder, Juni 1995 untuk menangani Bayern Munich.

Dampak kepergian Rehhagel sangat terasa. Pelaih berikutnya, Aad de Mos, Dixie Dorner, Wolrgang Sidka, dan Felix Magath, menjerumuskan klub ke kondisi kritis. Di tahun 1999, mantan defender dan pelatih amatir Thomas Schaaf mengambil alih tim, dan menghentikan kejatuhan Werder ke zona degradasi. Ia juga kembali memimpin Werder memenangkan Piala Jerman beberapa pekan kemudian.

Pada musim berikutnya, performa Werder relatif stabil dan secara reguler berada di papan tengah. Tahun 2004, Werder merengkuh dua gelar; Bundesliga dan Piala Jerman, dan menjadi satu dari tiga klub Jerman yang bisa melakukannya sepanjang sejarah sepakbola Jerman.

Di Liga Champions, Werder belum bisa berbuat banyak. Musim 2004/2005 hanya sempat mencapai babak 16. Pada musim 2006/2007, Werder mengali penyisihan grup dengan baik, tapi gagal melangkah ke babak 16, dan harus bermain di Piala UEFA.

Tradisi Klub

Pendukung Werder sejak lama menjalin kemitraan dengan Rot-Weiss Essen, yang kini bermain di Regionaliga -- atau Divisi IV. Mereka bermusuhan dengan fans Hamburger SV dan Bayern Munich. Terakhir, fans berseteru dengan Schalke 04, yang memboyong semua pemain top Werder; Ailton, Mladen Krstajic, Frank Rost, Oliver Reck, dan Fabian Ernst. Semua pemain itu disodorkan kontrak bernilai tinggi.

Bremen juga dikenal dengan tradisinya sebagai klub yang tak pernah memiliki konflik internal. Pemain dan pelatih meninggalkan tidak dengan negatif, dan semuanya damai-damai saja. Tidak hanya itu, Bremen juga dikenal dengan reputasinya sebagai klub yang secara finansial sehat.