PROFIL: Everton, Dibentuk Untuk Kebugaran Pelajar

Nama: Everton Football Club
Julukan: The Toffees, The Blues, The People's Club, The School of Science
Berdiri: 1878
Stadion: Goodison Park (kapasitas: 40,158)
Pelatih: David Moyes

Sejarah

Sekolah Minggu gereja St Domingo pada tahun 1878 membutuhkan kegiatan kebugaran bagi para pelajar di saat musim dingin. Sebetulnya gereja ini sudah mempunyai tim cricket untuk musim panas. Atas kebutuhan itu, maka dibentuk sebuah tim sepakbola sebagai ajang rekreasi fisik bagi pelajar.

Nama tim selanjutnya berubah menjadi Everton Football Club satu tahun kemudian. Anggota tim ini pun dikembangkan tidak hanya sebatas pelajar gereja St Domingo. Warna kostum Everton saat pertama kali berlaga adalah hitam dengan pita merah.

Everton juga menjadi salah satu pendiri Football League pada tahun 1888, dan menempati posisi kedelapan di musim pertamanya. Dick Molyneux mengambil alih posisi pelatih pada tahun 1989. Molyneux menikmati sukses instan dengan membawa Everton menempati posisi runner up. Setahun kemudian, Everton dibawanya meraih gelar juara Divisi Satu Champions.

Sayangnya, sukses ini justru menimbulkan perpecahan pada tahun 1891. Karena tidak ada kesepakatan harga sewa dengan John Houlding, pengelola Stadion Anfield, Everton pun angkat kaki dan pindah ke Stadion Goodison Park. Awalnya, Liverpool menggunakan nama Everton sebagai tim, tapi ditolak pengelola Football League. Sejak itu, rivalitas kedua tim pun muncul.

Tahun 1901, Molyneux memutuskan meninggalkan Everton. Posisinya lalu diganti William C Cuff. Pengaruh Cuff di Goodison Park membawa pengaruh isntan. Berbagai perubahan pun dilakukan agar, termasuk mengganti kostum menjadi warna biru yang tetap bertahan hingga sekarang.

Tangan dingin Berbagai gelar nasional berhasil dipersembahkan Cuff bagi The Toffes. Namun Perang Dunia I merusak cerita indah Everton yang sangat dominan di kompetisi sepakbola Inggris. Cuff yang merasa frustasi pun meninggalkan Everton tahun 1918.

Pengaruh Liga Primer Inggris

Hingga tahun 80-an, Everton masih menyandang status sebagai tim paling disegani di Inggris. Namun ketika kompetisi Divisi Utama mengalami perubahan format menjadi Liga Utama Inggris, prestasi Everton justru menurun. Mereka bahkan kalah bersaing dengan Liverpool.

Tahun 1994, Everton menunjuk Mike Walker sebagai pelatih, namun tidak bertahan lama menyusul hasil buruk yang didapat The School of Science. Tempatnya lalu diambil alih Joe Royle. Everton pun sukses ke final Piala FA, tapi dikalahkan Manchester United [MU] 0-1.

Kendati mendapat hasil buruk sejak format Liga Primer dipakai, tapi Everton sukses menciptakan pemain muda. Ujung tombak MU, Wayne Rooney, merupakan salah satu hasil binaan sekolah sepakbola mereka.

Kini, dibawah pimpinan David Moyes (foto), Everton mulai kembali menjadi tim yang diperhitungkan di Liga Primer. Kendati demikian, mereka masih belum bisa mengalahkan popularitas Liverpool. Dari 107 tahun pertemuan kedua tim, Liverpool unggul dengan torehan 79 kemenangan, 63 imbang serta 63 kekalahan.

Derby Kekeluargaan

Bila menyebut kata derby, maka banyak orang akan langsung membayangkan hawa panas pertandingan dua tim satu kota. Tapi itu tidak berlaku di kota Liverpool. Derby Merseyside ini justru tercatat sebagai derby yang paling sedikit menimbulkan kerusuhan dan korban.

Hal ini tidak aneh, karena dalam satu keluarga terdapat pendukung Everton dan Liverpool. Bahkan, sekalipun bestatus laga derby, penonton di stadion tidak pernah dibedakan. Mereka dengan tenang dan nyaman duduk bersebelahan tanpa khawatir terjadi bentrokan.

Ikatan kekeluargaan derby Merseyside ini sempat tegas pasca tragedi Heysel tahun 1984 yang memakan banyak korban jiwa. Suporter Everton mengecam hooligan Liverpool sebagai biang keladi tragedi. Namun kebersamaan kembali terjalin setelah tragedi Hillsborough. Syal kedua tim diikatkan suporter sepanjang Stanley Park dari Stadion Anfield ke Goodison Park.



Tidak ada komentar untuk "PROFIL: Everton, Dibentuk Untuk Kebugaran Pelajar"